KDRT Dalam Islam; Begini Teladan Rumah Tangga Nabi

posted in: Artikel | 0

Pernikahan adalah bersatunya dua insan manusia dalam sebuah ikatan cinta sah yang diatur sesuai Syariat Islam. Tujuan pernikahan adalah terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, yang dimana dalam menjalani kehidupan berumah tangga diharapkan selalu berjalan dengan penuh kelembutan, kehangatan dan keharmonisan, inilah resep utama menghindari KDRT dalam Islam.

Namun terkadang dalam berumah tangga, permasalahan kehidupan akan datang silih berganti. Layaknya sebuah bumbu dalam suatu masakan, terkadang terlalu asin atau asam. Semua masalah itu dapat dilalui bilamana suami dan istri mampu berkomunikasi dengan baik.

Akan tetapi tidak semua biduk rumah tangga mampu memecahkan persoalan kehidupan mereka, yang pada akhirnya akan terjadi kasus-kasus rumah tangga seperti perceraian dan KDRT. KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah tindakan zalim melampaui batas oleh seseorang kepada pasangannya yang mengakibatkan penderitaan fisik, psikis, seksual, kesengsaraan dan terlantarnya sebuah rumah tangga.

KDRT dalam Islam adalah perbuatan yang sangatlah dilarang dan secara khusus dalam Islam tidak mengenal istilah kekerasan dalam rumah tangga karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi rasa kasih sayang dan keharmonisan dalam berumah tangga.

Perilaku KDRT Dalam Islam Sangat Dilarang

Kekerasan dalam rumah tangga pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, baik oleh suami kepada istrinya, istri kepada suaminya, oleh orang tua kepada anaknya atau bahkan dilakukan oleh anak kepada orang tuanya.

Islam adalah agama yang mencintai perdamaian dan anti kekerasan. Oleh karena itu KDRT dalam Islam merupakan perbuatan yang diharamkan untuk dilakukan oleh setiap anggota keluarga. Ketika kekerasan terjadi, dipastikan keharmonisan dalam keluarga hilang dan muncul prahara rumah tangga.

Keluarga harmonis adalah ciri keluarga Islami. Sumber ; Pixbay.com
Keluarga harmonis adalah ciri keluarga Islami. Sumber ; Pixbay.com

Batin menjadi menderita karena orang yang seharusnya mencurahkan segala cinta dan perhatiannya malah berbalik arah dengan melakukan kezaliman dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam hadits qudsi Allah berfirman;

“Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas Diriku. Dan Aku telah menetapkannya sebagai perkara yang diharamkan diantara kalian. Maka, janganlah kalian untuk saling menzalimi”. (Salih Muslim (IV/1583) (2577).

Diantara perilaku kekerasan dalam rumah tangga yang sering terlupakan kaum muslimin adalah perasaan saling membenci kepada pasangan. Seorang suami menzalimi istrinya dengan ucapan-ucapan tidak pantas, berperilaku kasar dan terlalu menuntut kesempurnaan pasangannya. Dia melupakan bahwa istri juga memiliki kelebihan-kelebihan disamping kelemahan yang memang setiap orang tidak bisa terlepas darinya. Allah berfirman;

“Dan pergaulilah mereka (istri) secara patut. Kemudian apabila kamu tidak suka padanya (maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikannya kebaikan yang banyak”. (QS. An-Nisa : 19).

Seorang istri pun terkadang melakukan praktik kekerasan dalam rumah tangga tanpa ia sadari, seperti melupakan dan tidak bersyukur akan kebaikan suaminya serta menuntut sesuatu yang tidak mampu dilakukan sang suami.

Rasulullah pernah bersabda, “Allah tidak akan melihat istri yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal ia selalu membutuhkannya.” (Diriwayatkan oleh Al Bazzar, Al Hakim dan lainnya).

Teladan Mulia Rasulullah Kepada Istri

Selain tuntunan dalam Al Quran, panduan hidup umat Islam dalam membina rumah tangga tercermin dalam kehidupan Rasulnya. Selain dalam urusan ibadah, hal muamalah dan interaksi sosial, Nabi Muhammad adalah sebaik-baik suri tauladan untuk terciptanya keharmonisan sebuah rumah tangga, terlebih dalam menjalin hubungan dengan istri.

Nabi Muhammad telah banyak memberi contoh bagaimana cara yang baik dalam mengarungi biduk rumah tangga. Sehingga tujuan menikah atau berumah tangga yaitu sakinah atau ketentraman bisa diraih. Karena bagaimanapun juga kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad merupakan aplikasi dari nilai-nilai tuntunan Al Quran.

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu, suri teladan yang baik”, (QS. Al-Ahzab: 21).
Lalu bagaimana cara Nabi Muhammad bersikap dan berhubungan dengan istrinya? Ada banyak sekali, namun setidaknya ada lima sikap teladan Nabi Muhammad kepada istrinya yang perlu dicontoh.

1. Menghibur Istri Saat Sedih

Nabi Muhammad adalah sosok suami yang bisa menempatkan diri serta tahu apa yang harus dilakukan saat istrinya sedang bersedih. Beliau selalu mendengarkan curahan hati istrinya, menghibur saat istrinya tersakiti, menghapus air mata sang istri dan menggantinya dengan senyuman.

Hal-hal tersebut sangat layak untuk kita teladani agar satu sama lain pasutri bisa saling memahami, saling melengkapi, saling mensyukuri dan saling memaafkan ketika satu sama lain melakukan kesalahan.

2. Bersikap Romantis

Sikap romantis merupakan sebuah upaya untuk menjaga agar cinta dapat terus bersemi di hati. Menjadi seorang nabi dan rasul tidak menghalangi Beliau untuk berlaku romantis kepada istrinya. Sebagaimana riwayat Sayyidah Aisyah, suatu ketika saat Nabi Muhammad pernah menggigit daging di bekas gigitannya Sayyidah Aisyah dan minum di bekas mulut istrinya itu.

Suami romantis adalah dambaan istri. Sumber; Pixbay.com
Suami romantis adalah dambaan istri. Sumber; Pixbay.com

Jika malam tiba, Nabi Muhammad juga mengajak Sayyidah Aisyah jalan-jalan, sambil berbincang-bincang. Itu sikap romantis yang ditunjukkan Nabi Muhammad kepada istrinya, makan dan minum dalam satu wadah yang sama.

3. Tidak Membebani Istri

Nabi Muhammad selalu mengerjakan pekerjaannya sendiri. Tidak pernah Nabi Muhammad membebani istrinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan Beliau sendiri. Nabi menyulam pakaiannya yang robek sendiri dan menjahit sandalnya yang putus sendiri. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad juga membantu istrinya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

Dalam sebuah riwayat, Sayyidah Aisyah berkata, “Rasulullah senantiasa selalu melakukan pekerjaan rumah tangga (membantu urusan rumah tangga) sendiri. Apabila waktu shalat tiba, maka Beliau pun keluar untuk mendirikan shalat”.

4. Melibatkan Istri dalam Kejadian Penting

Nabi Muhammad sering curhat kepada istrinya terkait dengan persoalan yang tengah dihadapi Beliau. Dengan bercerita kepada istrinya, Nabi Muhammad berharap ada solusi yang didapatkannya.

Salah satu istri Nabi Muhammad yang sering menjadi teman curhat adalah Sayyidah Ummu Salamah, yang memang terkenal kecerdasannya dan Nabi Muhammad sering mendapat solusi saat bercengkerama dengan Sayyidah Ummu Salamah.

Dalam konteks pelibatan, istri tidak hanya menjadi rekan bercerita, tapi juga rekan untuk berencana, merencanakan hal-hal besar besama bisa sangat membantu mengeratkan hubungan suami istri. Ambil contoh mengajak istri untuk merencanakan hajji atau umrah bersama. Tentu saja hal ini juga perlu dikomunikasikan kepada jasa travel yang menyediakan layanan paket haji maupun paket umroh.

5. Tidak Pernah Memukul dan Menyakiti Istri

Suatu ketika Sayyidah Aisyah berbicara dengan bernada tinggi kepada Nabi Muhammad. Sontak saja Sayyidina Abu Bakar yang saat itu berada di kediaman Nabi Muhammad mendengar dan tidak rela kalau Nabi Muhammad diperlakukan seperti itu meski oleh anaknya sendiri.

Bahkan Sayyidina Abu Bakar berusaha untuk memukul Sayyidah Aisyah. Tapi, Nabi Muhammad buru-buru mencegahnya. Nabi Muhammad tidak ingin istrinya tersakiti, meski oleh orang tuanya sendiri.
Sikap Nabi Muhammad yang tidak pernah berperilaku kasar, memarahi, memukul atau menyakiti istrinya diperkuat atas pernyataan Sayyidah Aisyah dalam sebuah riwayat.

Memukul adalah pantangan bagi suami yang baik.
Memukul adalah pantangan bagi suami yang baik. Sumber : Unsplash.com

Sayyidah Aisyah berkata, ”Rasulullah tidak pernah memukul istrinya sekalipun. Malah beliau melipur lara istrinya yang menangis karena suatu hal”.

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”, (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban).

Begitulah lima suri teladan dari sekian banyak sifat Nabi Muhammad kepada istrinya dan itu mencerminkan bahwa tidak diperbolehkannya perbuatan KDRT dalam Islam karena sangatlah bertentangan dengan tuntunan Al Quran dan teladan Nabi. Serta salah satu kunci utama keharmonisan dalam berumah tangga adalah bersikap baik kepada istrinya.

Jangan lupa simak ulasan lainnya. Sekian dan terimakasih.

Leave a Reply