Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa windows of opportunity. Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orangtua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya. Jika sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak intens diajak berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik. Hasil penelitian tentang perkembangan intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah mencapai separuh dari kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan mencapai 80 %. Setelah umur 8 tahun, kemampuan intelektualnya hanya dapat diubah sebanyak 20%. Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikut. Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi mereka sejak dini menjadi sangat penting.
Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang terbentuk dalam masa ini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada masa depan. Orang dewasa yang tetap bisa belajar dengan mudah umumnya adalah mereka yang dari sejak kecil terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar. Mereka yang cabang-cabang otaknya lebih banyak karena sering dipakai belajar sewaktu kecil, ternyata punya respon yang lebih bagus, inisiatif yang lebih cepat, daya tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju juga berbeda. Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan sejauhmana orangtua memahami anak sebagai individu yang unik. Setiap anak memiliki potensi (keahlian) yang berbeda, namun saling melengkapi dan berharga. Potensi yang dimaksud di sini adalah hal-hal spesifik yang apa pada diri anak, yang tampak lebih jika dibandingkan dengan anak seusianya. Selain unik, mereka adalah tetap anak-anak, yang masih terus tumbuh dan berkembang.
Anak-anak pada dasarnya kreatif. Mereka mempunyai ciri individu yang, misalnya, rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam usia ini. Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Di antaranya dengan membacakan cerita, ayat-ayat al-Quran atau sekadar mengajak bayi mengobrol. Penelitian menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat merespons kondisi di luar; telinga bayi tersebut dapat mendegar apa yang ibu bicarakan. Munculnya potensi (kemampuan) anak memang bergantung pada rangsangan yang diberikan orangtua. Karena itu, wajib bagi orangtua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan orangtua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?
1. Kenali potensi anak.
Orangtua harus belajar tentang semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali potensi anak. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku anak. Apakah anak mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat berjalan dan berbicara pada usia yang sangat dini, lebih cepat dari anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam penguasaan berbagai informasi; mempunyai kemauan memperhatikan suatu persoalan dalam waktu yang lama, mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai kemampuan mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai kemampuan menceritakan suatu kejadian (cerita) dengan cukup jelas; mempunyai kemampuan mengingat yang cukup tinggi; memiliki daya kreasi dan imajinasi yang tinggi dan sebagainya.
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlakuan atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses pembelajarannya juga berbeda. Mengenali potensi anak dapat dilakukan dengan permainan. Permainan merupakan cara pertama untuk melatih kepekaan, daya imajinasi, kecenderungan, dan keterampilan anak. Permainan juga dapat digunakan untuk membentuk kemampuan alami dan intelektual anak. Permainan imajinatif ataupun simbolik akan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Ketika kemampuan anak meningkat dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks dalam permainan maka akan bertambah luas pula kadar informasi dan pengetahuan bahasanya dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya.
Pilihlah permainan yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik dan kognitif sesuai dengan usianya. Permainan tradisional yang banyak menuntut bergerak aktif, seperti petak umpet, bermain drama atau lompat tali sangat baik dilakukan. Orangtua juga dapat mengenalkan anak dengan berbagai permainan edukatif yang dapat merangsang imajinasinya dan juga motoriknya, yakni dengan cara mengamati dan meraba; misalnya puzzle, kertas gambar, pensil warna dan sebagainya. Biarkan anak berkreasi sesukanya. Permainan-permainan seperti ini dapat mengembangkan kecerdasan dan imajinasi anak dengan cara menyenangkan. Jadi anak pun tertarik untuk mempelajari hal-hal baru dan tidak merasa terbebani. Jika anak masih muda, mulailah dengan puzzle sederhana. Seiring bertambahnya umur, orangtua bisa memberikan puzzle yang lebih sulit.
Untuk mengembangkan kemampuan bahasanya, lakukan kegiatan seperti membacakan buku cerita, permainan menyusun kata. Mengelompokan benda-benda di rumah berdasarkan kategori; misalkan benda berwarna merah, benda berbentuk bundar dan lain-lain akan dapat mengembangkan kemampuan logikanya. Menari, berolahraga, bermain sandiwara, boneka tangan akan dapat mengembangkan ketrampilan motoriknya. Jangan lupa libatkan anak yang lain ketika bermain agar kemampuan interpersonalnya juga berkembang dengan baik.
2.Berikan stimulasi yang tepat.
Stimulasi adalah berbagai rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasilitas belajar, atau materi (misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu anak untuk belajar atau mengolah pengajaran. Rangsangan juga ias berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya dukungan dan keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak. Riset mengungkap bahwa keterlibatan orangtua dalam belajar anak sangat punya peranan dan kontribusi yang akan dimaknai sebagai motivasi oleh si anak. Rangsangan akan membentuk cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula dibentuk kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga. Tradisi di sini adalah berbagai bentuk pembiasaan positif, misalnya membaca, perhatian dan tanggung jawab terhadap tugas, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, dan berbagai sifat-sifat positif lain. Berikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan usia anak; mulai dari perkembangan motoriknya, bahasa, berpikir dan sebagainya. Dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan orangtua, dan minat serta kemampuan anak, akan terlihat kecenderungan dan kemampuan tertentu dalam dirinya.
Stimulasi yang diberikan tidak boleh hanya berdasarkan satu aspek saja, tetapi harus diberikan secara menyeluruh pada berbagai aspek, misalnya saja iasm penginderaan. Sistem penginderaan ini termasuk di dalamnya pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan pengecapan. Selain itu, stimulasi yang diberikan harus juga dapat merangsang gerakan, baik gerakan kasar maupun halus. Kemudian stimulasi juga harus dapat merangsang perasaan dan pikiran anak. Pada usia 0-3 bulan, misalnya, stimulasi dilakukan dengan memberikan senyuman, berbicara, menirukan ocehan anak, membunyikan berbagai suara sampai menggerakkan benda-benda berwarna mencolok. Kemudian pada usia hingga 6 bulan stimulasi dapat ditambah dengan bermain mencari sumber suara, mengulang beberapa kata, meraih dan memegang mainan, dirangsang tengkurap, dan lain sebagainya. Hal yang mesti diingat oleh orangtua, stimulasi sebaiknya dilakukan secara terus-menerus setiap ada kesempatan, misalnya sambil mengganti popok ataupun sambil memberi makan. Semua itu dilakukan dalam suasana bermain, penuh kegembiraan dan bervariasi. Pada fase berikutnya, rangsanglah anak agar tertarik untuk mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkunganya.
3. Berikan dukungan.
Berikan dukungan kepada anak tentang banyak hal, baik bersifat material, seperti permainan, atau hadapkan anak dengan berbagai persoalan dan dampingi mereka untuk belajar bagaimana menyikapi persoalan tersebut. Berikan perhatian penuh pada anak dan kondisikan untuk selalu merasakan kenyamanan. Perhatian dan apresiasi yang diberikan kepada anak akan membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan berkembang.
4. Berikan pujian.
Lemparkan pujian kepada anak ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil apa pun. Berikan pula pujian ketika ia menunjukkan hasil karyanya. Ketika kemampuan anak telah mulai terlihat, giliran menyalurkannya dengan baik. Penghargaan yang kita berikan akan memacu motivasinya untuk terus mencoba. Meskipun masih kita rasa kurang, jangan sampai kita mencemooh hasil yang telah anak-anak lakukan karena ini akan berbahaya bagi kelangsungan rasa percaya dirinya. Anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya daripada anak yang rendah diri.
5. Ajak anak untuk berkreasi sesuai imajinasinya.
Berikan kertas berwarna dan mintalah kepada anak untuk mengguntingnya sesuai keinginan, lalu menempelkannya di buku gambar. Bisa pula dengan mengajak anak bermain pasir dengan menggunakan mainan yang dimiliki. Selama orangtua kreatif, ada banyak bahan yang dapat digunakan dan tidak mahal yang terdapat di sekitarnya. Jika imajinasi anak terlatih, kemampuan yang lain juga dapat mudah dikembangkan.
6. Arahkan anak.
Orangtua dapat mengarahkan kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia buku cerita berwarna dan ajak bercerita bersama. Jadikan ini aktivitas yang rutin dengan membacakan cerita sebelum tidur, misalnya. Namun, tugas orangtua tidak berhenti sampai di situ. Setelah mengarahkan, orangtua pun berkewajiban untuk mendampingi sang anak dalam setiap aktivitasnya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak, orangtua juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Jika anak bertanya sesuatu, puaskan rasa ingin tahu anak dengan menjawab setiap pertanyaan. Jangan berikan jawaban final, tetapi jawaban yang mendorongnya untuk semakin terus bertanya. Biasakan anak berpikir baik dalam persoalan kecil atau besar.
7. Doronglah anak untuk belajar.
Orangtua harus memberi contoh yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus belajar, kita pun sebagai orangtua juga harus mau belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak sehingga bisa kita tanamkan pemikiran bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []
Sumber : Majalah Al Waie
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.