Jika anda sedang liburan ke Yogyakarta bersama keluarga, anda bisa mampir ke destinasi wisata berikut ini. Selain bisa belajar sejarah lebih dalam, destinasi wisata ini akan menambah wawasan khasanah keIslaman anda dan keluarga. Ada beberapa destinasi wisata keluarga muslim di Yogyakarta yang bisa dijadikan referensi. Dimana sajakah itu? Ini ulasannya !
1. Kauman
Keberadaan Kauman sebagai kampung muslim memang sudah populer. Selain sebagai tempat munculnya gerakan Muhammadiyah, kampung ini juga terdapat masjid bersejarah, yakni Masjid Gedhe Kauman. Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat seorang penghulu kraton dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad, 29 Mei 1773 M. Masjid ini sudah berumur cukup lama. Karena itulah bangunan masjid ini masuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.
Berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak lepas dari di bangunnya masjid Gedhe Kauman. Itulah mengapa lokasi masjid ini di bangun di tempat yang strategis yakni di sebelah barat alun-alun utama keraton Yogyakarta. Secara historis, masjid ini adalah milik keraton Yogyakarta, namun masyarakat Kauman dan sekitarnya merupakan warga Muhammadiyah sehingga keberadaan masjid ini terpengaruh corak dan pemahaman Muhammadiyah.
Memang bagi pengikut Muhammadiyah, masjid ini sangat bersejarah karena sebagai tonggak awal perjuangan berdirinya Muhammadiyah. Di masjid inilah KH Ahmad Dahlan menjadi pengurus masjid sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Langkah KH Ahmad Dahlan tergolong berani karena beliau mendakwahkan pemurnian ajaran agama di jantung kesultanan.
Bangunan masjid yang memadukan antara khasanah budaya Jawa dan arsitektur Islam menjadikan bangunan ini sangat unik. Atap yang bertingkat memperlihatkan bangunan khas Jawa. Masjid ini senantiasa dikunjungi wisatawan yang ingin mengetahui sejarah masjid dan keraton Yogyakarta. Anda bisa mengunjungi destinasi wisata ini di kala liburan.
Terkadang wisatawan mancanegara yang tertarik dengan desain bangunan dan sejarah masjid ini juga menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Banyaknya layanan perjalanan wisata seperti Yogyakarta tours yang khusus melayani wisatawan asing ternyata mampu menghadirkan pengunjung iwsatawan asing di destiansi wisata muslim.
2. Kotagede
Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibu kota Kesultanan Mataram Islam. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Sebelum 1952 wilayah ini merupakan bagian dari Kasunanan Surakarta. Secara histiris Kotagede dulu merupakan bagian dari bekas Kota Kotagede dan daerah sekitarnya.
Karen Kotagede berada di perbatasan antara kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, maka terkadang menyulitkan untuk membangun Kotagede karena berada di antara dua daerah administratif yang berbeda. Sebagai kota tua, Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang menurut perundang-undangan yang berlaku mendapatkan perlindungan agar bangunandan tata kotanya tidak rusak.
Masjid Besar Mataram berada di tengah pemukiman padat penduduk dan bangunan tua memberi kesan seperti berada di lingkungan kraton, lengkap dengan pagar batu relief mengelilingi masjid, pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah bedug berukuran besar. Daerah masjid inilah yang sering dikunjungi masyarakat. Selain untuk mengenang kejayaan kesultanan Islam masa lampau, juga untuk keperluan ziarah.
Di Kotagede juga terdapat makam raja-raja Mataram bernama komplek Pasarean Mataram. Salah satu yang disemayamkan di pemakaman tersebut adalah Panembahan Senopati. Sejak Sultan Agung Hanyikrokusumo memerintah, kompleks pemakaman kemudian di pindahkan ke sebelah selatan Yogyakarta, yakni di Imogiri.
Selain makam Panembahan Senopati, ayah dari Panembahan Senopati yaitu Ki Ageng Pemanahan juga dimakamkan di lokasi yang sama. Ada pula makam Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, dan makam Sri Sultan Hamengkubuwono II. Meskipun makam raja-raja Kasultanan Yogyakarta dimakamkan di Imogiri, namun makam Sri Sultan Hamengkubuwono II ada di Kotagede.
Kerajaan Mataram Islam yang merupakan bagian dari Kesultanan Pajang berdiri pada 1588 dan merupakan cikal bakal dari Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati menjadi raja pertama Mataram Islam. Sepeninggal Panembahan Senopati pada 1601, raja Mataram Islam selanjutnya adalah Panembahan Hanyakrawati.
Pada tahun 1613 masehi, Panembahan Hanyakrawati wafat saat berburu dan digantikan oleh Adipati Martapura dengan masa pemerintaha hanya satu hari. Sultan Agung menjadi penggantinya dan pada pemerintahan Sultan Agung inilah Ibu Kota Mataram Islam dipindah menuju Kerto. Namun saat ini situs peninggalan di Kerto sudah tidak tersisa.
Sama halnya yang ada di Kerto, peninggalan berupa keraton atau istana Kotagede juga sudah nyaris tidak ada. Peninggalan Keraton Kotagede yang masih bisa dijumpai sekarang salah satunya adalah Situs Watu Gilang. Selain itu tempat pemandian kuno di sebelah makam juga masih tersisa.Pemandian tersebut bernama Sendang Seliran dan dibangun sendiri oleh Panembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan.
Situs budaya pemandian inilah yang sering dikunjungi untukdijadikan sebagai spot fotografi. Ada pula peninggalan Keraton Kotagede lainnya yang berupa reruntuhan benteng. Salah satu reruntuhan bentang yang jebol menyimpan cerita unik. Konon jebolnya benteng tersebut disebabkan oleh anak Panembahan Senopati, Raden Rangga yang dihempaskan ayahnya sendiri yaitu Panembahan Senopati karena memiliki sifat sombong.
Terdapat pula Situs Bokong Semar yang merupakan dinding Benteng Cepuri Kotagede. bangunan dinding cepuri tersebut sudah tidak lagi utuh. Penamaan Situs Bokong Semar dikarenakan bentuk sisa benteng ini melengkung sehingga diibaratkan sebagai bokong atau pantat dari tokoh pewayangan Semar.
3. Jogokaryan
Kampung ditengah Kota Yogyakarta ini sudah terkenal kepopulerannya dan sangat cocok dijadikan destinasi wisata keluarga muslim di Yogyakarta. Kepopuleran Kampung Jogokaryan tidak lepas dengan adanya masjid fenomenal yang di bangun pada tahun 60an yakni Masjid Jogokaryan. Masjid yang berdiri megah tersebut dikenal sebagai masjid yang dijadikan percontohan pengelolaan masjid seluruh Indonesia.
Pembangunan masjid Jogokaryan pada masa lalu adalah sebagai upaya untuk menghadang laju paham Komunisme. Banyak buruh perajin batik pada masa lalu di daerah Jogokaryan yang tergiur dengan gerakan komunis. Dan untuk mengantisipasi penyebaran paham komunisme, pengurus Muhammadiyah setempat membangun masjid yang sekarang menjadi masjid Jogokaryan untuk pusat dakwah.
Masjid yang terkenal dengan saldo masjid yang selalu nol rupiah ini setiap saat ramai dikunjungi jamaah. Selain itu bagi musafir yang mampir di masjid tersebut akan mendapatkan pelayanan masjid yang bagus. Bahkan sekedar sandal jamaah masjid yang hilang di lingkungan masjid akan mendapat ganti dari pengurus masjid.
Itulah beberapa destinasi wisata keluarga muslim yang ada di Yogyakarta. Sebenarnya masih banyak destinasi wisata yang cocok bagi keluarga muslim yang perlu diulas lebih dalam, anda bisa memanfaatkan rental mobil untuk menjelajahi destinasi wisata lainnya. Namun jika anda mengunjungi Yogyakarta kami menyarankan untuk mengunjungi destinasi wisata yang telah diulas tersebut lebih dahulu.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.