Lagi – lagi media sosial memakan korban. Seorang mahasiswi S2 UGM Florence melampiaskan kemarahannya di Path, berisi kebencian pada Yogya. Tentu saja ini menyulut kemarahan seluruh warga kota. Akibatnya, dia di-bully habis – habisan di media sosial, didemo didunia nyata, diancam banyak orang dan ditangkap polisi , lalu dijadikan tersangka.
Ya, emosi sesaat yang di ledakkan dijejaring sosial, terbukti sangat membahayakan. Reputasi diri bisa hancur seketika karna seluruh dunia menjadi tahu karakter asli diri anda. Apalagi jika kemarahan itu menyangkut pihak lain, lembaga atau organisasi tertentu. Hati – hati, jangan mencari masalah di dunia maya. Masalah di dunia nyata kita saja sudah banyak dan butuh perhatian,bukan?
Untuk itu, harus bijak memanfaatkan media sosial. Kalau belum tahu fungsinya, jangan asal punya akun. Media sosial adalah media untuk mem-branding diri. Tampilkan cita diri yang positif , bukan sebaliknya, menguak sisi negatif, aib dan kekurangan diri. Apalagi menjadi sarana pelampiasan kekecewaan, keluh kesah , kemarahan dan keputusasaan. Karena itu, jika anda memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan kualitas diri , perhatikan hal – hal berikut yang sebaiknya tidak dilakukan dalam bermedia-sosial :
Mengumpat atau marah – marah
Stop membuat status atau berkomentar dengan kata – kata kasar , emosional dan menghina. Marah bukanlah jalan keluar terbaik untuk mengungkapkan keluh kesah. Cobalah tenang, rileks, berdoa dan jauhi media sosial. Menulis didunia maya saat kondisi emosional tinggi, sangat berbahaya. Nanti jika emosi sudah turun, silahkan menuliskannya. Sebab, diakui, menulis menjadi salah satu cara ampuh untuk menurunkan amarah. Tapi , jika tulisan itu di rasa menyinggung pihak – pihak terkait , sebaiknya di-setting privat. Jadi , cuma anda sendiri yang bisa mengaksesnya. Bukankah tujuan kita menuliskan perasaan hanya sebagai sarana pelampiasan?
Berkeluh kesah
Sungguh rugi waktu dan tenaga jika Anda hanya sibuk untuk hal-hal negatif. Misalnya, merasa orang yang paling malang sedunia dengan membuat status – status berisi keluh kesah. Anda berharap empati dan simpati, tapi hanya akan mendapatkannya sangat sedikit. Yang banyak, teman – teman anda menyimpulkan : anda kurang bersyukur.
Mengumbar aib rumah tangga
Mungkin Anda bermaksud berbagi dan berharap solusi. Namun dengan menuliskan masalah kerumah-tanggaan yang Anda hadapi, sama saja dengan membuka aib. Lebih baik diskusikan dengan orangtua, keluarga, sahabat atau orang kepercayaan lainnya.
Ekspose Masalah Anak
Beberapa orang sangat berlebihan menulis dan mengunggah foto dari anak-anaknya. Namun ada beberapa orang menuliskan sebaliknya. Boleh anda menuliskan hal tersebut, namun jangan mengungkapkan fakta tidak baik tentang anak anda. Mungkin anda lebih baik menuliskan ‘bagaimana cara membuat anak menjadi lebih penurut’ dari pada ‘Duh, anakku susah diatur nih’.
Membandingkan dengan Orang Lain.
Media sosial itu dunia maya , segalanya melalui setingan, tidak semuanya sama dengan kehidupan mereka di dunia nyata. Jadi, jangan buru – buru kita menilai mereka lebih segalanya dari kita. Bisa jadi, ketika teman melihat profil kita, mereka pun iri dengan kehidupan kita yang dimata mereka sempurna.
Maka, berhentilah membanding – bandingkan kehidupan Anda dengan orang lain. Sebab, apa yang sudah diraih orang lain dan belum kita miliki , belum tentu itu sesuatu yang kita butuhkan.
Kuncinya adalah selalu bersyukur. Allah SW pasti sudah memilihkan jalan hidup kita yang terbaik. Kalupun masih kurang sana – sini, itu sebagi bahan motivasi untuk berusaha lebih keras lagi.
Sumber : Media Umat 134
Dipublikasi ulang di web baju dakwah @kaosbapaksholeh
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.