Mengatasi Kemarahan Anak (CARA & TIPS)

posted in: Artikel | 0

Kenalilah penyebab kemarahannya. Lapar, haus, kepanasan, kedinginan atau ingin buang air? Jika ya, maka segera bantu untuk memenuhi kebutuhannya sambil didorong untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, kecuali yang ia belum sanggup. Atau ada rasa tak nyaman karena sakit? Jika ya, bantulah untuk mengobati dan meringankan rasa sakitnya. Hiburlah bahwa rasa sakitnya itu akan mengantar ke surga jika ia sabar, inilah saatnya mengenalkan ketidakberdayaan manusia dan kekuasaan Allah menguji hamba-hamba-Nya. Bersama dengan pertolongan mengatasi kebutuhan dan rasa sakitnya, jangan lupa memberi contoh mengungkapkan rasa marah dengan cara yang lebih baik. Tentu dengan contoh yang berulang-ulang sebagai teladan. Suatu ketika ibu ingin maraha, katakanlah “Habibah anakku, ibu ingin marah, tapi marah membuat ibu akan sangat lelah dan menjauhkan dari surga. Ibu yakin tanpa ibu marah, Habibah dapat mengerti bahwa setiap pulang sekolah Habibah mesti ganti pakaian dan menyimpan sepatu di rak nya. Supaya baju seragam yang kotor segera dapat dicuci dan jika besok Habibah mau pakai sepatu itu mudah ditemukan di raknya. Bantu ibu agar tidak perlu marah, ya Nak.”

Contoh-contoh lain ungkapkanlah rasa sakit atau lapar, haus dengan ekspresi dan perbuatan yang tepat. Bukan marah-marah dan mengumpat. Hargailah ungkapan ekspresi anak, termasuk marah dan senyumnya. Agar ia mengerti bahwa ekspresi sangat penting dan berharga bagi dirinya dan orang lain. Kebanyakan orangtua lupa menghargai ekspresi positif anak. Masih jarang seorang ibu berkata, “Senang sekali melihat Abdullah tersenyum, serasa dapat rizki segunung emas”. Atau ketika mendengar anak menyanyi riang, bermain bersama saudara dan temannya tanpa berkelahi. Apresiasi berupa pujian tidak lebih sering daripada luapan marah ketika anak berbuat salah. Hal ini menyebabkan anak merasa tak perlu tersenyum, menjaga ketenangan orang lain atau bernyanyi riang. Toh tak ada penghargaan untuk itu. Ingatlah bahwa anak-anak usia dini masih memilah dan memilih berdasarkan nalurinya, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kerja keras orangtua membuat kondisi menyenangkan berbuat kebaikan sehingga memudahkan anak-anak memilih kebaikan dalam kehidupannya.

Apabila pemicu kemarahan anak terkait hubungan/interaksi dengan anak lain atau orang dewasa, cobalah mengerti (dengan analisa peristiwa yang dihadapi anak-anak). Bagi anak yang ekstrovert(terbuka) lebih mudah memahami dengan siapa ia mengalami masalah. Tanpa menyalahkan siap pun katakana bahwa masalah itu dapat diselesaikan tanpa marah-marah. Kemudian ajaklah bicara tentang bagaimana kira-kira menyelesaikan masalahnya. Hal ini penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan merajut penyelesaian masalah. Kebiasaan mendiktekan pemecahan masalah dapat menghambat tumbuhnya inisiatif dan daya kreasi. Tentu ini bertentangan dengan target pengasuhan, yaitu mencetak pemimpin dan problem solver. Dua target ini dapat diraih melalui berbagai peristiwa sehari-hari dengan teladan, pembiasaan, pendampingan dalam pemecahan masalah atau dalam kisah-kisah teladan.

Bagi anak yang introvert (tertutup) ada sedikit kerja keras untuk mengungkap penyebab kemarahannya. Cobalah mengingat kembali sepanjang hari ia bersama siapa dan apa saja yang dialaminya. Tanpa menuduh, katakan berbagai kemungkinan penyebab marahnya dengan gaya bercerita. Misalnya “Tidak semua anak suka diatur, ya”. Atau “Di sekolah kadang-kadang suka ada yang jahil ya, Nak”, “Tidak semua mereka suka duduk tertib”. Dan lain-lain yang memungkinkan menjadi penyebab kemarahannya. Dengan empati dan sikap bersahabat, anak-anak ini dapat mengungkapkan perasaannya. Pada saat ia sudah dapat menulis, doronglah untuk menuliskan perasaannya. Kemampuan menulis juga diperlukan untuk banyak hal selain mengungkapkan perasaan.

Kiat Hadapi Kemarahan Anak

1. Jangan hadapi kemarahan dengan kemarahan.

2. Temukan penyebab kemarahan dengan tepat dan cepat dan selesaikan persoalan sebagaimana penjelasan sebelumnya.

3. Tetaplah tenang agar dapat bersikap tepat.

4. Berikan ketenangan dengan membelainya, memeluknya.

5. Jika masih diperlukan menyalurkan emosinya, beri kesempatan dengan pilih cara yang tak berbahaya, seperti menangis, memukul bantal.

6. Penyaluran emosi tersebut harus dikatakan sebagai langkah yang terpaksa dan ingatlah menangis dan memukul bantal membuatnya lelah.

7. Sesegera mungkin setelah agak reda kemarahannya, ajaklah bicara tentang masalahnya dan bagaimana langkah yang harus ditempuh apabila terjadi lagi.

8. Disiplinkanlah orang dewasa di sekitar anak-anak untuk menampakkan emosi dengan cara sebaik-baiknya. Komunikasi verbal dan non verbal (ekspresi) yang tepat sangat berguna untuk memberi suasana tenang. Kendali emosi yang baik pada orang disekitarnya akan memberi contoh menahan marah.

9. Hargailah ungkapan ekspresi anak saat marah maupun tidak. Beri pujian pada saat ia tidak marah, atau ketika ia tersenyum dan bernyanyi riang.

10. Hindari bersikap negatif terhadap kemarahan anak. Yakinlah bahwa dibalik kemarahannya ada potensi kepemimpinan. Tinggal diarahkan ungkapan kemarahan yang tepat.

11. Libatkan ia dalam memecahkan masalahnya agar tumbuh kemampuan menyelesaikan masalah sejak dini.

12. Hindari hukuman selama masih banyak cara lain untuk mengatasi kemarahan anak. Hukuman yang tidak tepat waktu dan bentuknya hanya akan membuat anak kebal nasehat dan membenci sang penghukum.

13. Tidak setiap kemarahan harus diatasi, jangan terpancing apabila kemarahannya muncul karena “dawdling” (minta perhatian dengan cara-cara yang tidak disukai orang lain). Terpancing emosi atau menaruh perhatian saat anak dawdling hanya akan melestarikan kebiasaan dawdling nya. Langkah yang paling tepat jika terjadi dawdlingpada anak adalah membiarkannya hingga reda emosinya. Beri perhatian setelah kemarahannya ia selesaikan.

Setiap langkah menghadapi anak dapat dijadikan sebagai bagian proses mendidik calon pemimpin dan problem solver. Selamat berjuang mendidik buah hati, semoga dengan kerja keras bersama dapat segera lahir generasi terbaik, generasi khoiru ummah, generasi pemimpin dan problem solver.

Diambil dari buku Menjadi Orang Tua Sejati karangan Abu Zaid dan Ridha Salamah.

Diposting ulang oleh situs kaos dakwah @kaosbapaksholeh

Follow Suryono:

Brand kaos distro muslim Kaos Bapak Sholeh adalah brand clothing dari Jogja. Kami membuat kaos distro muslim bertema keluarga. Semoga menjadi wasilah untuk menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan mendekat dengan Nya.

Leave a Reply