Tantangan Pendidikan di Era Society 5.0

posted in: Artikel | 0

Saat ini kita hidup di periode society 5.0 sebuah periode dimana semua teknologi berbasis modern yang memanfaatkan internet of things seperti kecerdasan buatan (AI), komputerisasi, juga industry robot berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. 

Dikutip berdasarkan Kemenkopmk.go.id, Society 5.0 memiliki dampak pada seluruh dimensi kehidupan di Indonesia terutama pendidikan. Dalam dunia pendidikan, Periode Society 5.0 ini lebih menitik beratkan pada pembangunan manusia sebagai makhluk yang berakal, mempunyai pengetahuan dan etika yang mampu ditopang oleh perkembangan teknologi ultra modern saat ini. 

Pendidikan menjadi pemegang peranan penting dalam menyongsong smart society 5.0. Pendidikan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berakal, berkarakter dan manusiawi.

Menghadapi periode society 5.0 seperti saat ini satuan pendidikan membutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan baik dari pendidik maupun peserta didik. Seorang pendidik dituntut beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 

Selain itu, pendidik juga harus memberi contoh dan inspirasi bagi peserta didik guna menumbuhkan kreativitasnya dan sebagai fasilitator untuk bisa merdeka belajar dengan menciptakan pendidikan yang baik bagi semua kalangan. 

Pemerintah perlu meningkatkan kinerjanya agar Indonesia mampu bersaing dengan negara lain pada Society 5.0. Antara pemerintah dengan pihak pendidik harus bersinergi agar target pencapaian pendidikan dapat tercapai dengan baik. Berbagai upaya perlu dikerahkan dan segera diimplementasikan, sehingga pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. 

Dalam dunia pendidikan seorang pendidik perlu kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration). Sehingga  diharapkan pendidik bisa menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan.

Perubahan kegiatan pembelajaran di periode society 5.0 pada peserta didik yaitu lebih mengedepankan keterampilan, mendorong para peserta didik untuk membaca buku  agar dapat meningkatkan literasi, dan  memanfaatkan teknologi untuk diterapkan pada sistem pendidikan agar lebih maju. 

Hal-hal tersebut dapat dilakukan agar Indonesia siap menghadapi periode baru Society 5.0 dan meningkatkan sistem pendidikan yang unggul. Oleh karenanya  Society 5.0 datang menciptakan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan kreatif. 

Enam Kemampuan Literasi. Sumber: unplash.com
Enam Kemampuan Literasi. Sumber: unplash.com

Di abad 21 peserta didik diharapkan memiliki kompetensi kemampuan 6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). Tidak hanya literasi dasar, para peserta didik dituntut memiliki kompetensi lainnya seperti berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. 

Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan pelajar pancasila seperti rasa ingin tahu, gigih, mudah beradaptasi, memiliki jiwa kepemimpinan dan yang paling penting memiliki kepedulian sosial serta budaya.

Kemampuan 3 Literasi dasar perlu digunakan untuk menghadapi periode society 5.0 seperti Literasi data yaitu kemampuan untuk menganalisis dan menggunakan informasi di dunia digital. Kemudian Literasi teknologi yaitu penggunaan coding,machine learning,biotech. Terakhir Literasi manusia yaitu komunikasi dan humanities. 

Ketiga Literasi dasar tersebut harus diimbangi dengan penguatan profil pancasila sehingga dapat menghasilkan SDM unggul. Penguatan profil pancasila dimana peserta dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan budaya masyarakat, kegiatan lingkungan sekolah.

Dalam lingkup pemerintahan indonesia upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi periode Society 5.0 yaitu pemerataan pembangunan dan memperluas jaringan internet di seluruh indonesia hingga pelosok-pelosok dalam negeri. 

Dari segi SDM, pendidik perlu memiliki keterampilan dibidang digital dan berpikir kreatif serta inovatif untuk mendidik para murid nya. Dari segi industri, pemerintah perlu mensinkronkan antara pendidikan dan industri agar setelah lulusan peserta didik dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan mampu mengurangi angka pengangguran. (*)

(*) Muhammad Helmi Izzudin (22104040061), Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Leave a Reply