Memilih makanan untuk anak tidak sembarangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah nilai gizi yang terkandung didalam makanan tersebut. Semakin besar nilai gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh anak maka akan semakin bagus untuk pertumbuhan anak.
Memperhatikan nilai gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh anak menjadi tugas dan tanggung jawab bagi orang tua. Nilai gizi sangat diperhatikan ketika anak dalam masa pertumbuhan usia 0 s/d 12 tahun. Pada usia tersebut tinggi badan dan berat badan anak mulai terlihat. Biasanya anak yang biasa mengkonsumsi makanan dengan gizi nilai tinggi akan memiliki berat badan dan tinggi badan yang normal seusianya.
Namun, apabila berat badan dan tinggi badan anak tidak normal seusianya walaupun sudah diberi makanan yang kaya akan gizi. Hal tersebut bukan berarti gizi yang bermasalah, melainkan dipengaruhi oleh genetika, penyakit kronis, atau nutrisi dan olahraga. Sebagai contoh seorang anak memiliki sindrom down (penyakit celiac) yang tidak terdiagnosis mungkin lebih pendek dari anak seusianya, sementara seseorang dengan kondisi genetika yang disebut sindrom marfan bisa lebih tinggi anak seusianya.
Lantas, bagaimana tips mengetahui nilai gizi yang terkandung di dalam makanan anak? Berikut kami berikan ulasaanya.
1. Mengetahui Nilai Gizi Anak
Langkah pertama yang anda lakukan adalah memastikan nilai gizi dalam tubuh anak. Nilai gizi dalam tubuh setiap anak berbeda-beda, tergantung usia, berat badan, dan tinggi badan anak. Di Indonesia pada umumnya menggunakan 2 standar dalam mengetahui gizi anak yakni standar WHO 2005 dan CDC 2000.
Dalam penggunaan standar nilai gizi, oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB). Standar WHO 2006 digunakan untuk anak kurang dari usia 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari usia 5 tahun.
2. Menentukan Makanan Cocok untuk Anak
Langkah kedua yang anda lakukan adalah menentukan makanan apa yang cocok untuk anak. Dalam hal ini anda harus mengetahui anak anda usia berapa, apabila anak anda berusia dibawah 6 bulan sumber gizi dan vitamin untuk daya tahan tubuh bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Jika tidak memungkinkan untuk menyusu, bayi bisa diberikan susu formula.
Kemudian setelah usianya 6 bulan, bayi sudah bisa diperkenalkan dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) agar si bayi mulai terbiasa mengkonsumsi makanan padat. Pada umumnya makanan bayi yang paling awal diperkenalkan adalah bubur sereal bayi yang dicampur dengan ASI atau susu formula. Selain itu, anda juga bisa memberikan bubur yang terbuat dari pisang, apel, pepaya, dan ubi yang telah dihaluskan, diusahakan penghalusan menggunakan blender agar lebih halus merata.
Pada saat usia anak menginjak 2 tahun, kebutuhan energi anak akan bertambah sehingga konsumsi makanan akan bervariasi sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Biasanya pada usia 2 tahun, anak sudah bisa diberikan makanan seperti nasi, telur, dada ayam, buah jeruk, buah pepaya, sayur, daging sapi, kacang tanah, dan lain-lain. Saat usia ini juga, sebagian besar anak sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga.
Di usia ini juga anda tetap memperhatikan makanan anak anda. Apabila mereka kurang nafsu dengan makanan yang disediakan maka bisa diganti dengan varian lain atau setiap memberi makanan kepada anak diusahakan bervariasi agar anak tidak bosan dengan makan yang sama pada rentang 2 atau 3 kali makan.
3. Menentukan Makanan yang Tidak Bisa Dimakan Anak
Langkah ketiga yang anda lakukan adalah menentukan makanan yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi oleh anak. Biasanya makanan yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi oleh anak bisa dilihat dari kebiasaan orang tua. Karena sebagian besar makanan yang tidak bisa dikonsumsi oleh anak bersumber dari genetik orang tua. Apabila ayah atau ibu alergi suatu makanan maka makanan tersebut jangan diberikan kepada anak.
Selain itu, ketika suatu makanan diberikan kepada anak kemudian muncul gejala alergi pada badan atau muka anak berupa bintik-bintik maka segera konsultasi ke dokter untuk memastikan makanan tersebut apakah cocok atau tidak untuk anak anda. Ketika telah mengetahui makanan yang tidak cocok untuk anak anda maka hindari makanan tersebut dikonsumsi untuk keluarga agar tidak membahayakan pertumbuhan anak dan demi kesehatan keluarga.
4. Memeriksa Nilai Gizi Kemasan Makanan
Ketika anda sudah mengetahui jenis makanan yang cocok untuk anak anda. Langkah keempat yang anda lakukan adalah memeriksa nilai gizi pada kemasan makanan setiap anda membeli makanan dalam bentuk kemasan. Namun, apabila anda membeli makanan tidak dalam bentuk kemasan atau tidak tertera gizi dalam kemasan makanan tersebut. Alangkah baiknya anda bisa mencari di internet mengenai gizi dalam makanan tersebut.
Setiap makanan yang berkemasan, biasanya telah tertera nilai gizi dalam bentuk %AKG (persen Angka Kecukupan Gizi). Informasi nilai gizi dibuat oleh perusahaan cetak kemasan berdasarkan informasi dari perusahaan yang memproduksi makanan tersebut. Letak informasi nilai gizi pada umumnya berada di bagian belakang kemasan, baik di pojok bawah kanan atau kiri, bisa juga berada diatas atau tengah kemasan.
Biasanya juga dalam bentuk tabel dengan tulisan Informasi Nilai Gizi atau Nutrition Facts. Informasi dalam tabel nilai gizi makanan kemasan umumnya berisi protein, karbohidrat, lemak, dan natrium. Contoh nilai gizi dalam sebuah makanan kemasan berisi protein 2 g – 10% dan karbohidrat 16g – 5% dengan kebutuhan energi 2150 kkal (kilo kalori).
Artinya dalam makanan tersebut tolak ukur adalah 2150 kilo kalori dengan 10% dari 2 g protein dan 5% dari 16 g karbohidrat. Tetapi apabila kebutuhan energi anak anda lebih sedikit dari 2150 kkal maka carilah makanan sesuai kebutuhan energi anak anda.
Nah, itulah tips yang dapat kami berikan. Semoga informasi diatas dapat menambah wawasan tambahan untuk Anda dalam mengenal informasi nilai gizi makanan kemasan yang cocok untuk anak anda.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.