Ketika membahas batik, orang cenderung merujuk kepada batik Yogya atau Solo. Meski begitu, beberapa daerah lain di Indonesia memiliki style batiknya sendiri. Seperti Banten. Artikel berikut akan mengulas “penciptaan” batik daerah Banten beserta sejarah dan jenis polanya yang beragam.
Batik sudah eksis sejak lama. Berbeda dengan banyak daerah yang sedang coba menemukan ciri khas dan keunikan pada batiknya, batik Banten secara dibentuk dari ciri khas dan sejarahnya sendiri.
Banten dalam sepak terjangnya memang tidak begitu dikenal kualitas batiknya. Meski begitu, ada sejarah yang melekat pada tiap pola batik Daerah Banten. Pola-pola yang digores pada kain bersumber dari sejarah dan peninggalan lampau kesultanan Banten 1525-1570 M.
Sejarah singkatnya, Pemerintah Daerah Provinsi Banten kala itu merasa perlu, menggoreskan motif khas dari bangunan peninggalan Kesultanan Banten yang lalu ke sebuah kain yang dikenal dengan nama batik.
Maka, dilakukanlah pengkajian artefak serta bangunan peninggalan yang tertoreh di dalamnya motif dan pola. Usaha ini telah dilakukan Perda Provinsi Banten sebelum diresmikannya batik sebagai salah satu warisan budaya dunia pada tahun 2002.
Usaha untuk mengembangkan batik Daerah Banten ini juga diperkuat dengan Surat Keputusan Gubernur Banten tahun 2003 yang meminta untuk membentuk panitia peneliti batik Banten.
Sejarah Batik Daerah Banten dan Ruh Islam
Maulana Hasanuddin merupakan pendiri kesultanan Banten yang berkuasa pada 1552-1570. Sebagai pendiri sebuah kerajaan Islam, Maulana Hasanuddin adalah seorang pendakwah yang mendorong tersebarnya Islam di tanah Banten.
Artefak, gerabah, dan bangunan orang Banten “terdahulu” dibangun dimasa kesultanan Islam. Tiap motif dan guratan yang diciptakan kuat kaitannya dengan ruh Islam dan semangat perjuangan.
Kala itu, di kawasan Banten Girang dan Banten Lama, ditemukan sebuah gerabah peninggalan abad ke-17 yang memiliki 75 ragam hias motif. Motif-motif tadi menginspirasi Perda Banten untuk membuatnya menjadi batik. Itulah cikal bakal dibuatnya batik Banten.
Fenomena sosial dan membaurnya masyarakat asli Banten dengan orang-orang China dan Eropa melalui transaksi rempah-rempah turut membawa serta pengaruh budaya yang kemudian membentuk kultur. Kultur tersebut sedikit-banyak terlihat di motif dan pola yang ditemukan.
Yang juga menggambarkan ruh Islam dalam seni rupa orang Banten “terdahulu” adalah tidak ditemukannya motif makhluk hidup. Seperti yang diketahui, penggambaran makhluk hidup dalam Islam dianggap terlarang.
Masyarakat kemudian mengkreasikan ide mereka dengan motif abstrak yang muncul dari filosofi karakteristik orang Banten. Motif dan pola abstrak tadi awalnya diterapkan pada konsep interior rumah Islami, bangunan, istana, masjid, atau bangunan umum lainnya.
Akhirnya, filosofi Islam dan kehidupan syari’ah sejatinya begitu terasa dalam kesenian masyarakat Banten. Dan dengan takdir Tuhan, seni-seni tadi oleh orang modern zaman sekarang di “copy” ke kain batik.
Keterikatan hukum syara’ yang dibawa hingga ke sendi kehidupan paling sederhana seperti memberi motif pada gerabah telah dibuktikan oleh masyarakat Banten “terdahulu”. Sepantasnya, umat muslim sekarang juga mencontoh hal bajik seperti ini. Yakni mengikat hidup dengan hukum syara’.
Dengan begini, tiap canting batik yang diniatkan untuk melanggengkan peninggalan sejarah Islam, berbuah jadi pahala. Seseorang yang tahu akan fakta batik Banten, dan membelinya untuk menghormati sejarah Islam yang ada, juga berbuahlah pahala. Insyaallah.
20 Macam Pola Batik Daerah Banten
Sama halnya dengan batik yang lain, batik Banten juga di proses dengan cara yang serupa. Hanya kemudian nantinya terdapat perbedaan pada motif, segi warna dominan yang dipakai, serta filosofi yang terkandung.
Dilansir dari kotaserang.com, terdapat 20 macam motif batik Banten yang ada. Berikut adalah ulasan singkatnya :
1. Datulaya
Motif Datulaya diambil dari nama tempat tinggal Sultan Maulana Hasanuddin atau tata ruang keluarga di Kesultanan Banten.
2. Kaibonan (Batik Daerah Banten)
Kaibonan merupakan nama sebuah bangunan pagar yang mengelilingi Keraton Istana Banten.
3. Kapurban
Adalah nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Purba dalam penyebaran Agama Islam.
4. Kawangsan
Batik Kawangsan. Diambil dari nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Wangsa dalam penyebaran Agama lslam.
5. Kesatriaan
Kesatriaan merupakan nama Sebuah perkampungan tempat belajar Agama dipesantren di lingkungan Kesultanan Banten.
6. Langenmaita
Langenmaita merupakan istilah untuk tempat berlabuhnya kebahagiaan dalam mengarungi samudra cinta dengan kapal pesiar atau dermaga.
7. Mandalikan (Batik Daerah Banten)
Mandalikan merupakan nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Aria Mandalika dalam penyebaran Agama lslam
8. Memoloan
Memoloan adalah istilah untuk sebuah kontruksi bangunan atap menara mesjid dan Pendopo Kesultanan Banten.
9. Pamaranggen (Batik Daerah Banten)
Pamaranggen adalah nama tempat dimana para Pengrajin Keris dan aksesoris keris dilingkungan Kesultanan Banten.
10. Pancaniti
Pancaniti adalah nama tempat atau bangsal di mana Sultan Maulana Hasanuddin menyaksikan para prajuritnya berlatih di lapangan.
11. Panembahan
Panembahan adalah nama gelar Sultan Hasanudin dalam penataan negara pada kejayaan keraton Kesultanan Banten.
12. Panjunan
Panjunan adalah nama sebuah perkampungan tempat pengrajin gerabah dan keramik di wilayah Kesultanan Banten.
13. Pasepen (Batik Daerah Banten)
Pasepen adalah nama tempat tata ruang Istana tempat Sultan Maulana Hasanuddin melakukan meditasi di Kesultanan Banten.
14. Pasulaman
Pasulaman adalah nama tempat di mana para pengrajin sulaman di lingkungan Kesultanan Banten.
15. Pejantren
Pejantren adalah nama tempat di mana para pengrajin tenunan di wilayah Banten.
16. Sebakingking
Sebakingking adalah nama gelar Panembahan Sultan Maulana Hasanuddin dalam penyebaran agama lslam.
17. Singayaksa (Batik Daerah Banten)
Singayaksa adalah nama sebuah tempat Sultan Hasanuddin shalat istikharah memohon petunjuk Allah dalam mendirikan Keraton.
18. Srimanganti
Srimanganti adalah nama tempat/selasar di Pendopo Kesultanan Banten untuk raja/sultan menanti.
19. Wamilahan (Batik Daerah Banten)
Wamilahan adalah nama sebuah perkampungan tempat pengrajin pembelah bambu dan tikar di lingkungan Istana.
20. Surosowan
Surosowan adalah nama tata ruang tempat menghadap raja/sultan di Kesultanan Banten.
Semoga di zaman yang akan datang, eksistensi Islam dalam pola batik daerah Banten tidak lekang. Semoga informasi ini menambah wawasan Anda. Jika ada pertanyaan lain seputar dunia Islam dan kehidupan modern, cobalah untuk kunjungi website kami dan temukan jawabannya.[]
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.