Pernikahan dini kembali disoal. Pasalnya, diberbagai daerah, permintaan untuk menikah dari anak-anak usia pelajar semakin banyak. Di Kabupaten Wonogiri misalnya, 1.250 pasangan menikah dini lantara pasangan wanitanya hamil duluan. Mayoritas remaja di bawah umur yang belum matang untuk berkeluarga (Solopos, 23/4).
Inilah yang menyebabkan terjadinya gelombang penolakan nikah dini. “Pernikahan usia dini memiliki dampak negatif, baik secara psikologis maupun sisi kesehatan. Termasuk berpengaruh saat perempuan usia dini tersebut harus menjadi seorang ibu. Penangan usia dini memerlukan koordinasi semua piha,” kata Assek Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Gunung Kidul Tommy Harahap SH MM dalam sambutannya (Kedaulatan Rakyat, 9/9).
Menikah adalah salah satu solusi untuk mengatasi munculnya naluri nau’ (seksual) anata dua lawan jenis. Dan naluri itu bisa saja sudah muncul usia dini. Penyalurannya hanya boleh menikah dan dilarang berzina. Meski begitu, harus diingat bahwa menikah adalah salah satu keputusan besar dalam kehidupan manusia. Butuh pertimbangan panjang dan keyakinan kuat. Perniakahan bukan hanya menyatukan dua orang yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga dua keluarga yang tidak saling mengenal sebelumnya.
Dalam Islam, pernikahan usia dini adalah sah, sepanjang terpenuhi syarat dan rukunnya. Menikah usia muda dan tua tidak menjamin rumah tangga tanpa masalah. Keduanya juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, ada banyak penelitian yang menyebutkan, menikah usia muda (tentunya usia matang secara fisik dan metal), memiliki dampak yang baik bagi kehidupan. Misalnya dibawah ini:
1. Lebih Membahagiakan
Menurut “Knot-Yet Report” dari National Marriage Project 2013, mereka yang menikah pada usia muda lebih bahagia dibanding orang – orang yang menunda pernikahan. Dalam penelitian tersebut, orang berusia 20-28 yang mengatakan mereka “sangat puas dengan hidup” adalah mereka yang menikah. Dalam penelitian yang sama, perempuan yang lebih bahagia adalah mereka yang menikah pada usia 24-26 tahun.
2. Laki – laki yang menikah muda lebih produktif
Laki-laki yang menikah akan mempunyai semangat kerja tinggi. Data American Community Survey pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa pria yang menikah di usia 20-an akan menghasilkan lebih banyak uang dibandingkan mereka menikah di usia 30 tahun keatas. Wajar, semangat kerja muncul karena sudah ada keluarga yang menjadi tanggungannya. Produktifitas laki – laki yang sudah menikah juga bisa meningkat karena dia sudah tidak lagi repot memikirkan kebutuhan domestik. Secara tradisional, sudah ada istri yang mengurus kebutuhannya.
3. Belajar tanggung jawab lebih awal
Kebanyakan orang memilih untuk tidak menikah muda karena masih ingin menikmati hasil kerja mereka untuk diri sendiri. Baru awal kerja, masih ingin senang – senang sendiri. Padahal cepat atau lambat tidak bisa lari dari kehidupan dewasa. Suatu hari, hal yang dihindari juga akan dihadapi, yakni menikah. Menikah di usia muda akan membuat seseorang lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap hidup. Bagaimana tidak, menikah biasanya identik dengan berhentinya sokongan finansial dari orang tua.
4. Menghasilkan anak lebih baik
Melahirkan, mengasuh dan mendidik anak butuh kondisi tubuh prima. Usia muda memberi kesempatan untuk menyesuaikan diri saat anak lahir. Jarak usia yang relatif dekat dengan anak, bisa membuat hubungan dengan anak lebih mengasyikkan. Misal nikah usia 23 tahun lalu punya anak di usia 24 tahun, berarti saat usia 44 tahun, anak sudah 20 tahun. Punya anak yang sudah dewasa saat ibu masih muda akan sangat menyenangkan.
5. Mampu membiayai anak saat tuntas
Menikah di usia muda berarti punya kesempatan lebih lama untuk bekerja. Masih kuat untuk mendampingi anak-anak hingga bisa mencukupi kebutuhan finansialnya sendiri. Ketika anak butuh dana kuliah, orang tua belum pensiun dan bisa mencukupi. Orang tua lebih siap mendampingi anak sampai benar-benar dewasa dan mandiri.
Sumber:Media Umat 136
Posting oleh website baju dakwah @kaosbapaksholeh
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.