Anak Kita Matre Karena ‘Lebaran’?

posted in: Artikel | 0

Sudah beberapa waktu ini kami vakum menulis artikel karena kegiatan ramadhan dan silaturahmi syawal. Serta sedang menyiapkan ‘produk’ baru yang masih berkaitan dengan fashion juga. Kali ini izinkan kami bercerita seputar kejadian yang biasa terjadi saat lebaran. Ya, selain diramaikan dengan silaturahmi, kue & makanan lebaran, bagi anak-anak lebaran identik dengan angpau lebaran. Sesuatu yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Sesuatu yang sepemahaman kami tidak dikhususkan oleh Rasul untuk melakukannya.

Memberikan hadiah memang tak ada salahnya. Bahkan sesuatu yang menjadi sunnah untuk memupuk kecintaan dengan sesama. Namun yang jadi masalah saat lebaran adalah, hampir semua orang berfikiran “harus” memberikan uang kepada anak-anak yang masih menjadi kerabat. Akibatnya anak-anak menjadi banjir uang saat lebaran.Anak memang tak bersalah, dan tidak akan menjadi masalah manakala kita sebagai orang tua bisa mensikapinya dengan baik. Dan orang yang memberi juga tidak memiliki rencana yang ‘jahat’ untuk anak kita.

Anak Bermain Dengan Kambing
Anak Bermain Dengan Kambing

Pengamatan sederhana kami terhadap anak-anak dihari lebaran adalah, anak akan berharap mendapatkan uang saat silah ukhuwah lebaran. Dan hal ini harus diluruskan pada anak kita, kita pahamkan dengan bahasa yang baik bahwa niat utama dalam silaturahmi adalah untuk menjalankan syariat dari Allah. Pahala dan keridhoan dari Nya jauh lebih baik daripada uang atau makanan yang didapat. Meski anak kita masih kecil dan belum paham bahasa nasihat kita, namun kami yakin dengan tetap ditunning(meminjam bahasa yang dipakai oleh Pak Nopriadi Hermani, dosen UGM dan pengarang buku The Model), tetap akan membekas dalam diri anak.

Hal kedua yang menjadi kegelisahan kami adalah, anak akan membandingkan, mana saudara yang memberi uang banyak dan saudara yang memberi uang sedikit. Anak akan mencoba baik kepada family dengan pemberian uang yang lebih banyak. Sikap ini memang alamiah ada dalam diri manusia, akan cenderung lebih suka dengan orang yang lebih baik pada kita. Yang jadi masalah adalah, standar baik dan buruk anak akan ditentukan oleh materi( atau dalam bahasa sehari hari dikenal dengan istila matre). Hal ini mengajarkan cara berfikir yang tidak tepat sedari kecil. Yang mana, standar baik buruk yang tepat adalah apa yang sejalan dengan aturan dari Nya. Jika sejalan dengan aturan Nya, maka itu baik, dan jika bertentangan dengan aturan Nya maka itu buruk.

Dua hal itulah yang menjadi catatan selama silaturahmai lebaran 1437 H, saat anak kami sudah mulai bisa paham dan mau menerima uang pemberian dari sanak saudara. Hal yang bisa kami lakukan adalah dengan terus memberikan tunning saat bersama anak dirumah. Kami beri nasehat selalu dan mengarahkan untuk membelanjakan uang dalam hal yang bermanfaat, semisal infaq, membeli buku, pergi ke museum dan sebagainya. Wallahu alam bishowab. Semoga anak-anak kita senantiasa bisa terarahkan menjadi anak sholeh dan sholehah selalu.

Follow Suryono:

Brand kaos distro muslim Kaos Bapak Sholeh adalah brand clothing dari Jogja. Kami membuat kaos distro muslim bertema keluarga. Semoga menjadi wasilah untuk menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan mendekat dengan Nya.

Leave a Reply