5 Hal Agar Anak Siap Menikah Pada Usia Dini

posted in: Artikel | 0

Pernikahan putra tertua dari Ustad Arifin Ilham yang baru berusia 17 tahun sontak membuat geger dunia maya. Banyak orang membagikan berita seputar hal tersebut. Bisa dibilang hal tersebut menjadi sebuah fenomena tersendiri lantaran banyaknya pemuda berusia yang lebih tua namun belum menikah. Berbagai sindiran soal jomblo-jomblo pun mendadak ‘geer‘ kembali. Namun bukan hal tersebut yang membuat kami penasaran. Yang lebih menarik bagi kami adalah apa yang dilakukan oleh Ustad Arifin Ilham, dalam hal mendidik anak tentunya. Sehingga mempunyai anak yang berani mengambil tanggung jawab pernikahan di usia belia. Tulisan agar anak siap menikah pada usia dini ini bukanlah dari Ust Arifin Ilham, namun sekedar upaya kami untuk berbagi tips sederhana yang bisa jadi masih banyak kekurangannya.

Alasan Terlambat Menikah dan Standar Menikah
Jika kita melihat fakta pernikahan diusia dini dini, sebenarnya pada zaman dahulu sudah banyak yang melakukannya. Sudah hal biasa menikah pada usia belasan tahun. Saat ini menikah pada usia dini menjadi tabu karena beberapa hal. Pertama, karena adanya anjuran usia pernikahan dari pemerintah. Jika belum ada revisi, anjuran usia pernikahan dari pemerintah adalah 25 tahun. Tak bisa dipungkiri hal tersebut menjadi rujukan bagi sebagian orang dalam melangsungkan pernikahan. Kedua, adanya standar mapan. Banyak orang belum siap menikah karena faktor kemapanan, menunggu memiliki rumah, pekerjaan bonafid dan lainnya.

Ketiga, larangan dari orang tua. Ada juga orang tua yang meminta anaknya untuk menunda pernikahan. Saran tersebut muncul dari rasa cinta kedua orang tua terhadap anaknya, karena orang tua merasakan susahnya hidup dizaman sekarang. Sehingga meminta anak menunda agar siap dahulu. Alasan ini muncul karena faktor ekonomi, sama seperti alasan standar kemapanan sebelum menikah. Keempat, karena faktor adat istiadat. Ada orang yang tidak menikah karena dalam adat tidak boleh mendahului kakaknya yang belum menikah, atau karena uang untuk mempelai wanita yang sangat banyak.

Sebetulnya, standar seseorang untuk melangsungkan pernikahan adalah adanya kemampuan secara biologis. Namun memang tak dapat dipungkiri bahwa bukan hanya hal tersebut saja yang diperlukan dalam membina rumah tangga. Ada banyak hal, mulai kesiapan mencari nafkah, memimpin rumah tangga, hingga mendidik anak dan istri. Itu juga harus dipersiapkan sebelum melangsungkan pernikahan. Beberapa hal yang bisa orang tua persiapkan agar anak siap menikah pada usia dini adalah:

1. Persiapan Mental
Mempersiapkan mental yang kokoh untuk anak dimulai dari pembinaan aqidah yang kuat. Dengan pondasi keimanan yang kuat, anak akan mampu menghadapi berbagai ujian kehidupan dengan kesabaran. Pun ketika mendapatkan kenikmatan, anak akan menjadi pribadi yang penuh dengan rasa syukur. Tanpa mental yang kuat, bahtera rumah tangga akan rawan kandas dihempas berbagai macam persoalan hidup. Ini pula yang perlu ditekankan pada anak-anak kita, bahwa berumah tangga itu bukan hanya akan diisi oleh hal yang nikmat-nikmat saja. Sehingga anak tidak akan kaget saat membina rumah tangga.

2. Membentuk Karakter Kepemimpinan Anak
Seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya. Tugas kepemimpinan bukanlah tugas yang ringan. Namun dengan melatih anak berjiwa pemimpin sejak dini, insyaa Allah anak akan lebih siap. Jangan dilupakan pula, menjadi ibu juga memerlukan karakter kepemimpinan, terutama saat mendidik anak-anak dirumah maupun diluar rumah.

Melatih Kepemimpinan Anak, Agar Anak Siap Menikah Pada Usia Dini
Anak Bersemangat Menjalani Aktivitas

3. Membantu Mengarahkan Mencari Nafkah
Nafkah adalah sebuah kewajiban bagi anak laki-laki. Kita sebagai orang tua, terutama yang memiliki anak laki-laki, sebisa mungkin mengarahkan anak kita agar siap mencari nafkah semenjak baligh. Ingat, setelah baligh, sepemahaman kami orang tua tidak wajib lagi mencukupi kebutuhan anak laki-laki. Bekali anak kita dengan life skill yang mencukupi untuk mencari nafkah. Sebagai contoh, kemampuan desain grafis, berdagang, beternak, pertanian dan sebagainya. Tak dapat kita pungkiri, sistem pendidikan kita saat ini memang kurang memungkinkan mencetak individu yang bisa mencari nafkah sendiri di usia muda. Orang tualah yang aktif membimbing dan mengarahkan anak agar mampu mandiri secara finansial saat baligh.

4. Mengarahkan Memiliki Skill Dasar Suami atau Istri
Untuk menjadi suami ideal ataupun istri ideal, ada kemampuan dasar yang sebaiknya dimiliki. Meski sekarang zaman sudah serba mudah dan instan, namun jika ada pekerjaan yang bisa dilakukan sendiri kenapa tidak? Disatu sisi akan menghemat pengeluaran, disisi lain akan menjadi contoh teladan bagi anak kita. Anak akan terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri karena melihat contoh dari orang tuanya. Diantara contoh kemampuan dasar untuk suami adalah: montir dasar, kelistrikan dasar, pertukangan dasar, memasak sederhana (ingat, ada waktu dimana istri tidak bisa memasak, seperti sehabis melahirkan atau saat sakit) dan sebagainya. Contoh kemampuan dasar istri adalah: memasak, menjahit pakaian rusak(minimal tanpa mesin untuk kondisi terdesak), mengenal penyakit anak dan sebagainya. Insyaa Allah kedepan akan kami buat artikel tersendiri mengenai kemampuan dasar seorang suami dalam berumah tangga.

5. Memupuk Ibadah Anak
Baik laki-laki maupun perempuan, semenjak dikenai beban taklif sudah harus menjalankan aktivitas ibadah dengan semestinya. Tidak cukup sekedar menjalankan yang wajib, usahakan melakukan ibadah sunnah juga. Bagi lelaki, kebiasaan ibadah akan menjadi teladan bagi anggota keluarga lain, sedangkan untuk perempuan, akan sangat bermanfaat saat melakukan edukasi kepada anak. Ya, karena sebagian besar waktu anak pada masa edukasi adalah dengan ibunda.

Itulah 5 hal yang bisa kita siapkan agar anak siap menikah pada usia dini. Pergaulan saat ini memang sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Menikah memang bisa menjadi salah satu solusi mencegah pergaulan yang bebas tak terkendali. Namun itu saja belum cukup, tetap harus ada payung sistem yang baik, yang bisa mencegah benih-benih kerusakan moral sejak awal, seperti memfilter tontonan di media televisi atau media cetak, mengatur busana laki-laki dan perempuan ditempat umum, melarang peredaran miras dan sebagainya. Namun sayangnya pencegahan kemaksiatan tersebut hanya bisa dijalankan dengan baik dalam sebuah sistem yang menerapkan aturan Islam, bukan yang lain. Wallahu alam bishowab. Untuk pembelian kaos dakwah, silahkan klik halaman cara pembelian.

Follow Suryono:

Brand kaos distro muslim Kaos Bapak Sholeh adalah brand clothing dari Jogja. Kami membuat kaos distro muslim bertema keluarga. Semoga menjadi wasilah untuk menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan mendekat dengan Nya.

Leave a Reply