Tanya jawab mengenai apa itu split personality ini layak dipelajari oleh ayah bunda semua. Agar kelak saat mendidik anak ataupun dalam membina keluarga bisa menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Artikel yang kami publikasikan di situs kaos muslim pria @kaosbapaksholeh ini semoga bisa bermanfaat.
Tanya :
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga, saya ingin bertanya tentang split personality. Seperti apa definisinya, dan bagaimana batasan tanda – tanda orang yang termasuk mengalami split personality ? Apakah split personality juga termasuk kelainan/ketidaknormalan psikologis? Kalau tidak salah ada yang mengatakan, misal seseorang yang suka menyeru amar ma’ruf nahi mungkar atau rajin ibadah tapi di lain waktu dia juga masih suka bermaksiat terkategori pengidap split personality. Saya suka bertanya – tanya dalam hati jangan-jagan saya termasuk split personality. Atas perhatiannya saya menyampaikan terima kasih.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
TZ – Bumi Allah.
Jawab:
Wa’alikumsalam Wr. Wb
TZ yang baik,
Split personality, atau juga sering disebut kepribadian ganda, didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu, atau memiliki dua pribadi sekaligus. Kadang si penderita tidak tahu bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih parah lagi kadang-kadang saling bertolak belakang sifatnya. Kepribadian ganda bisa dikategorikan sebagai gangguan mental, masuk dalam dissciative disorders. Dissciative disorders adalah gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memori atau hilangnya kontrol terhadap emosi. Biasa terjadi karna trauma, siksaan, ketika ada masalah yang sangat berat, dan sebagainya.
TZ- yang baik,
Istilah “split personality” kemudian sering dipakai juga ketika melihat seorang Muslim seperti yang Anda maksud, memiliki perilaku yang berbeda dalam keseharian. Dalam pandangan saya, penggunaan istilah ini, tidak terkategori definisi split personality yang dimaksud diatas. Sejatinya, seorang Muslim yang beriman kepada Allah SWT, adalah orang yang menyatu antara hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan. Antara pemahaman dan perilakunya. Tidak ada pertentangan anara yang satu dan lainnya. Karena memang keimanan itu semestinya akan terefleksi dalam cara berfikir dan perilaku sehari-hari. Sehingga, akan terbentuk sosok seorang muslim yang memiliki kepribadian utuh, kepribadian islam. Dan akan tampak dalam semua aktivitas, baik pada waktu melakukan ibadah (mahdhah), memperlakukan dirinya sendiri seperti dalam berpakaian, makan berakhlak maupun dalam kagiatan bermuamalah.
TZ yang baik,
Kenyataannya, ditengah kehidupan sehari – hari, betapa banyak kaum Muslimin yang tidak memiliki kepribadian utuh seperti gambar diatas. Pada satu sisi dan kondisi tertentu, ia adalah sosok yang baik, cerdas, dan bertakwa. Namun pada satu sisi dan kondisi yang lain, ia adalah sosok yang buruk, bodoh, dan fasik. Musalnya, baik ketika beribadah, tetapi berlaku zalim. Tampak shalih ketika ada masjid dan mushalah, tetapi melakukan aktivitas yang melanggar hukum Allah saat berada dipasar, di tempat kerja, dan di tempat kehidupan lainnya. Atau rajin beramar ma’ruf nahi mungkar, tapi perbuatan tidak mencerminkan apa yang diucapkan.
TZ yang baik,
Teruslah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar karena itu sebuah kewajiban. Mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta mengajak orang lain dalam kebaikan dan mencegah orang lain berbuat kemungkaran, keduanya adalah sama – sama kewajiban. Meski terkadang Anda masih melakukan kekhilafan, tetapi wajib melakukan amar ma’ruf. Meninggalkan satu kewajiban masih jauh lebih baik dari pada meninggalkan dua kewajiban sekaligus. Mengerjakan kebaikkan dan meninggalkan kemungkaran bukanlah syarat bagi seseorang diperbolehkan mengajak orang lain berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Seandainnya hal itu menjadi persyaratan, niscaya amar ma’ruf nahi mungkar banyak ditinggalkan orang. Namun harus dipahami, termasuk kesempurnaan amar ma’ruf dan nahi mungkar yang kita lakukan (kepada orang lain), kita sendiri mengerjakan apa yang kita dakwahkan. Orang akan lebih tergerak dan menyambut seruan yang kita sampaikan apabila melihat contoh tersebut ada pada diri kita.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As-Shaf: 2-3)
Sumber Media Umat 136
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.